Aplikasi dan Peluang Bisnis Enzim Pada Industri Bioetanol
Saat ini, teknologi proses bioetanol yang dikembangkan di Indonesia masih menggunakan generasi pertama yang menggunakan biomassa pangan berbasis senyawa gula dan pati sebagai bahan baku, seperti tebu, singkong, jagung, dan lainnya, sementara teknologi generasi kedua yang memanfaatkan biomassa berbasis serat (selulosa) sebagai bahan baku utamanya masih belum banyak digunakan di Indonesia, namun sangat berpotensi dalam pengolahan limbah pasca panen pada industri pertanian. Dalam proses pembuatan bioetanol dibutuhkan enzim dalam proses hidrolisis untuk mengkonversi pati menjadi glukosa dan membentuk dekstrin. Namun hingga saat ini industri bioetanol di Indonesia masih menggunakan enzim impor yang menghabiskan 30% dari total biaya produksi. Tingginya permintaan dan masih minimnya industri yang memproduksi enzim untuk industri bioetanol, menjadi peluang dan tantangan tersendiri bagi mahasiswa Rekayasa Hayati untuk mampu mengembangkan enzim yang dibutuhkan dalam proses produksi bioetanol saat mereka lulus nanti. Oleh karena itu, untuk mengetahui perkembangan produksi enzim serta peluang bisnisnya di Indonesia, pada Kamis, 25 Maret 2021, Program Studi Rekayasa Hayati menyelenggarakan kegiatan santai sore yang merupakan diskusi santai untuk membahas topik, “Aplikasi Enzim pada Industri Bioethanol”, bersama Bapak Drs. Djoko Andi P. Prasetija yang merupakan President Director PT Sadya Balawan dan Advisory Board SITH.
Kegiatan ini diawali dengan pembukaan oleh moderator, Bapak Dr. M Yusuf Abduh, M.T., serta sambutan dari Wakil Dekan Sumberdaya SITH, Bapak Angga Dwiartama, Ph.D, dan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Bapak Drs. Djoko Andi P. Prasetija. Dalam pemaparannya, Pak Andi menerangkan bahwa akibat adanya pandemi COVID 19 di Indonesia menyebabkan beberapa industri etanol meningkatkan kapasitas produksinya. Mayoritas industri bioetanol di Indonesia masih menerapkan generasi pertama dengan bahan dasar molases, karena memiliki biaya produksi yang paling rendah. Selain itu, beliau juga menjelaskan secara singkat proses produksi bioetanol berbahan dasar pati dan selulosa, serta proses pemanfaatan enzimnya. Terdapat 3 proses utama dalam produksi bioetanol berbahan dasar molases, yaitu pre-treatment material (sterilisasi dan pengenceran) untuk membuat kondisi material sesuai untuk tahap fermentasi, scale up memperbanyak Saccharomyces sp. hingga memenuhi jumlah untuk dapat memfermentasi substrat, serta distilasi dan dehidrasi, hingga akhirnya dihasilkan alkohol murni. Dalam industri bioetanol berbasis pati, dibutuhkan 2 (dua) enzim digunakan, yaitu amylase yang berfungsi untuk liquefaction (memotong rantai polisakarida) dan menghasilkan glukosa dan dextrin, sementara glucoamylase digunakan pada proses saccharification untuk menghasilkan gula yang dapat di fermentasi oleh Saccharomyces sp. Selain menjelaskan proses dan aplikasi enzim pada industri bioetanol, Pak Andi juga menjelaskan salah satu inovasi yang sedang dikembangkan oleh PT Sadya Balawan, yaitu e-BE 1.0 yang merupakan consorsium carbohydrasi enzim untuk menghidrolisi unfermentable sugar menjadi fermentable sugar yang dapat diaplikasikan setelah proses sterilisasi molases yang menjadi bahan dasar bioetanol atau proses pengenceran (dilution tank). Produk yang baru diluncurkan tersebut sangat diapresiasi oleh para pelaku industri, karena dengan penggunaan dosis rendah enzim tersebut dapat meningkatkan hasil produksi bioetanol hingga 6,18% dibandingkan dengan proses yang tidak memanfaatkan enzim, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi etanol secara signifikan.
Setelah pemaparan materi selesai, acara pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diskusi. Antusiasme peserta pun terlihat dari banyaknya pertanyaan dan diskusi mengenai keberlanjutan pengembangan produksi enzim, kombinasi hard skill dan softs kill yang dibutuhkan untuk membangun bisnis, proses pencarian ide dan formulasi enzim, hingga dengan proses penjualan terkait tips pendekatan ke konsumen untuk penjualan enzim. Menurut Bapak Dr. M. Yusuf Abduh, harapannya dengan adanya kegiatan kuliah tamu dengan praktisi dari industri dapat menambah jaringan, dan memberikan motivasi dan semangat kepada para mahasiswa. Selain itu, menurut Bu Endah Sulistyawati, S.Si., Ph.D., Dekan SITH ITB, melalui kuliah tamu ini dapat menjadi lesson learn yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memunculkan ide dan inovasi baru, dan dengan adanya acara kuliah tamu ini dapat mengobati kegalauan mahasiswa yang harus belajar dalam kondisi yang tidak ideal di masa pandemi ini.