Penelitian Kecil : Sarana Praktikum dengan Memanfaatkan Alat dan Bahan yang Mudah Ditemukan di Rumah
Proses belajar-mengajar melalui daring menjadi tantangan tersendiri bagi dosen dan mahasiswa. Selama masa pandemi COVID-19, sistem perkuliahan termasuk praktikum ditransformasi dari tatap muka (luring) menjadi dalam jaringan (daring). Pelaksanaan praktikum menjadi virtual dirasakan oleh mahasiswa menjadi kurang efektif, dan berdampak pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai karena kesulitan memahami pembelajaran lantaran keterbatasan alat yang tersedia di rumah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar mahasiswa dapat melaksanakan praktikum dan mendapat pengalaman hands on secara langsung, tim teaching mata kuliah BE3201 Praktikum Laboratorium Rekayasa Hayati II yang diampu oleh Dr. M Yusuf Abduh, M.T., Dr. Lili Melani, S.T., M.Sc., dan Khalilan Lambangsari, S.T., M.Si., mencoba untuk mendesain sebuah praktikum dalam bentuk penelitian kecil yang dapat dilakukan secara mandiri oleh para mahasiswa dengan memanfaatkan alat dan bahan yang dapat mereka peroleh dari rumah. Selain untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, praktikum melalui penelitian kecil ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa serta memudahkan mahasiswa dalam memahami materi yang diperoleh dari dosen.
Di tahun 2021 ini, mahasiswa ditantang untuk dapat melaksanakan penelitian kecil dengan tema “Biorefinery of Black Soldier Fly (BSF)”. Dengan tema tersebut, mahasiswa diminta untuk mengeksplorasi potensi dari penggunaan biomassa BSF. Mahasiswa yang sudah dibagi ke dalam beberapa kelompok dapat memilih sub-topik yang dapat mereka pilih, yaitu produksi kitin, produksi protein, produksi lipid, dan produksi biodiesel yang diperoleh dari pemanfaatan black soldier fly. Menurut Imelda, salah satu mahasiswa yang mengambil mata kuliah Praktikum Laboratorium Rekayasa Hayati II, bersama teman-temannya memilih untuk mengambil topik produksi kitosan yang berasal dari selongsong pupa BSF. Mereka mendapatkan bahan baku BSF dari Biomagg Depok. Untuk dapat memproduksi kitosan skala rumah, mereka harus melakukan tahapan defatting, demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Dari 100 gram BSF yang digunakan, melalui proses deasetilasi selama 4 jam dapat menghasilkan 9 gram kitosan.
Salah satu fungsi kitosan yang umum digunakan di masyarakat atau industri salah satunya adalah untuk penggunaan edible coating. Kelompoknya pun mencoba untuk mengaplikasikan edible coating berbahan dasar kitosan yang telah mereka buat untuk memperlambat proses pematangan buah pisang. Dari hasil percobaan sederhana tersebut didapatkan hasil bahwa meskipun tidak ada perubahan secara fisik, penggunaan edible coating berbahan kitosan dapat mengurangi laju penurunan moisture buah dibandingkan dengan buah yang diberi perlakukan kontrol tanpa coating. Meskipun tidak dapat memberikan hasil yang sempurna karena penggunaan alat yang terbatas, adanya penelitian kecil ini dapat membuatnya lebih mudah memahami materi dan proses dengan lebih baik, serta menumbuhkan kesadaran untuk bersikap inovatif dan adaptif terhadap keadaan, sehingga jika dipertemukan dengan sebuah permasalahan dapat menemukan solusi.