Enter your keyword

[:id]PT. Rajawali Nusantara Indonesia: Bio (Agro) Industri[:]

[:id]PT. Rajawali Nusantara Indonesia: Bio (Agro) Industri[:]

[:id]PT. Rajawali Nusantara Indonesia: Bio (Agro) Industri[:]

[:id]Penulis : Yasriza Nanda (Mahasiswa Rekayasa Hayati’ 16)

Program Studi Rekayasa Hayati kembali menyelenggarakan kuliah tamu melalui mata kuliah Kapita Selekta dalam Bioindustri pada 24 September 2018. Kali ini, program studi mengundang salah satu alumni Rekayasa Hayati Angkatan 2011 yaitu Syaripudin yang bekerja sebagai research and development staff di PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dengan fokus pekerjaan di industri gula. Adapun PT RNI sendiri ialah perusahaan milik BUMN yang terdiri atas 4 sektor yaitu tebu, sawit, teh dan karet. Saat ini, perusahaan memiliki 12 anak perusahaan yang tersebar dalam berbagai daerah di Indonesia.

Produksi Gula di Pabrik

Pabrik Gula (sumber : istockphoto.com) dan Sesi Presentasi Kuliah Tamu dari Syaripudin

Proses menghasilkan gula terdiri atas 2 tahapan yaitu on farm yaitu proses dari penggarapan lahan hingga panen, dan off farm yaitu proses pengolahan tebu di dalam pabrik hingga menjadi produk gula. Di industri tebu PT RNI, perusahaan bekerjasama dengan kebun tebu milik warga dalam hal penanam benih tebu.  Tebu yang telah dipanen petani kemudian didistribusikan ke pabrik gula. Terdapat 5 stasiun besar pada pabrik ini yaitu:

  1. Stasiun Gilingan, tebu yang sudah dicacah kemudian diperas untuk mendapatkan nira (cairan tebu) sebanyak-banyaknya.
  2. Stasiun Pemurnian, bertujuan untuk menghilangkan kandungan kotoran dan bahan non sugar seperti ion, koloid serta pengotor seperti tanah dan sisa daun,
  3. Stasiun penguapan, bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga didapatkan nira yang lebih kental
  4. Stasiun Masakan dan Palung Pendingin, bertujuan untuk mengkristalisasi gula
  5. Stasiun Puteran, bertujuan untuk memisahkan kristal gula dengan larutan yang masih menempel melalui proses pemutaran (setrifugasi).

Setelah melalui 5 stasiun, gula dikeringkan dan disaring untuk memisahkan gula normal dengan gula halus dan kasar. Gula halus dan kasar yang tidak memenuhi syarat akan dialirkan kembali pada stasiun masakan. Gula normal pun siap untuk dikemas dan dipasarkan.

Proses produksi gula dari tebu masih meninggalkan hasil sampingan yang masih bisa diolah, diantaranya pucuk tebu, ampas tebu (bagas), blotong dan tetes (molasses). Pucuk tebu adalah bagian ujung batang tebu dengan beberapa helai daun. Pucuk tebu ini dapat dijadikan pakan ternak. Bagas tebu terdiri atas air, sabut dan padatan terlarut. Umumnya bagas tebu digunakan sebagai bahan bakar ketel (boiler) pada pabrik. Selain itu, bagas juga bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kertas, kayu olahan seperti fiber board & particle board, bahan kimia seperti furfural, silitol, etanol, metana, plastik, dan lain sebagainya. Blotong (filter cake) adalah endapan yang diperoleh dari proses pengolahan nira kotor dalam proses pemurnian. Blotong dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pupuk dan pabrik wax. Adapun molasses adalah cairan yang sudah dipisahkan gulanya melalu kristalisasi. Tetes dapat digunakan sebagai pupuk, atau diolah menjadi etanol, asam asetat, asam sitrat, MSG, dsb. Saat ini PT. RNI telah memproduksi gula dan etanol 95% melalui fermentasi molasses menggunakan Saccharomyces sp.

Permasalahan Tebu

Indonesia sebagai negara tropis memiliki keuntungan yang mana tebu dengan mudahnya dapat tumbuh. Namun, produksi gula di Indonesia masih mengalami permasalahan. Permasalahan ini bermula dari petani tebu yang sangat suka menanam tebu ratoon yaitu tanaman tebu yang berasal dari tunas tebu. Tebu ratoon ini dapat terus berkembang biak hingga 10 tahun tanpa harus diganti dan ditanam ulang. Hal ini tentu menguntungkan bagi petani karena tidak mengeluarkan biaya banyak. Namun tanaman ratoon yang sudah bertahun- tahun ini ternyata memiliki rendemen gula yang rendah sehingga tidak heran jika produksi gula di Indonesia juga rendah. Hasil produksi gula yang rendah ini tidak sebanding dengan biaya produksi sehingga harga gula di pasaran pun menjadi mahal. Selain karena kualitas tebu, efektivitas produksi gula di pabrik juga masih berada di angka 7.3 %, jauh berbeda dibandingkan dengan negara Thailand yang sudah mencapai 10.5 %.

Lanskap Perkebunan Tebu (Sumber :123RF.com)

Saat ini kebutuhan gula di Indonesia mencapai ,.3 juta ton/tahun dengan kebutuhan gula konsumsi sebesar 2,3 juta ton dan 3 juta ton untuk industri. Untuk memenuhi kebutuhan gula yang kurang, dilakukannya impor gula rafinasi yang berasal dari luar negeri. Awalnya gula rafinasi ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan gula industri, tapi ada saja proses yang bocor sehingga warga ikut mengkonsumsi gula ini. Padahal awalnya gula tebulah yang digunakan sebagai gula konsumsi warga. Akibatnya gula tebu tidak dipakai di masyarakat, apalagi dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan gula rapinas. Kondisi ini membuat petani tebu menjadi enggan menanam tebu sehingga proses produksi gula di pabrik juga bisa terhenti.

Untuk mengatasi permasalahan, pabrik gula pun mulai mengambil langkah, salah satunya dengan menghadirkan divisi riset dan pengembangan. Harapannya divisi ini dapat meningkatkan efisiensi kerja pabrik, menambah proyek baru perusahaan dan menjawab tantangan di masa depan yang bisa dikembangkan dari sekarang. Contohnya adalah riset menemukan bahwa tebu ratoon yang ditanam warga harusnya diganti setiap 5 tahun, maka pabrik pun menyubsidikan benih tebu pada petani agar petani mau menanam kembali sehingga rendemen gula meningkat. Selain itu, PT RNI juga bekerja sama dengan pertamina dan Toyota dalam meneliti energi terbarukan seperti bioetanol, serta berbagai kerjasama riset lainnya.

Apa yang bisa dilakukan Bioengineer?

Seorang Bioengineer bisa mengambil peran sebagai peneliti, teknisi (engineer) untuk proses produksi dalam pabrik, dan bahkan pebisnis. Contoh lain ialah alumni Rekayasa Hayati 2011 yaitu Aldi yang juga bekerja di pabrik gula. Saat ini, beliau fokus mengembangkan proses pencegahan dekstran pada tebu dengan menggunakan enzim. Pembentukan dekstran ini dapat merusak kandungan sukrosa (gula) pada tebu, sehingga rendemen gula menjadi sedikit. Dalam hal ini, terlihat pula bahwa keilmuan Bioengineering sangat aplikatif di dalam dunia industri.

Di akhir kuliah tamu, Syaripudin berpesan kepada para mahasiswa rekayasa hayati.

“Ketika kita bekerja, kita tidak hanya menggunakan keilmuan kita saja tapi berbagai macam disiplin ilmu, maka mulailah belajar menjadi orang dengan pemikiran yang terbuka, optimis dan mau untuk terus belajar”, ujar Syaripudin.[:]

No Comments

Post a Comment

Your email address will not be published.

en_USEnglish
X