Taylor Ceplok : Presentasi Kreatif untuk Memahami Deret Taylor
Presentasi merupakan salah satu kegiatan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa. Konten presentasi ini biasanya berupa slide yang dibuat melalui komputer dengan bantuan software tertentu. Namun metode presentasi konvensional yang hanya mendengarkan orang lain menjelaskan terkadang terasa membosankan, terlebih lagi jika materi yang dibawakan terasa sulit dan memusingkan. Saat ini, video menjadi salah satu terobosan media pembelajaran yang mampu menghadirkan kegiatan pembelajaran yang lebih menyenangkan bagi mahasiswa. Salah satu inovasi yang dapat digunakan untuk membuat materi pembelajaran lebih menarik adalah melalui video presentasi kreatif untuk membuat mahasiswa lebih memahami aplikasi nyata materi pembelajaran dengan lingkungan sekitar, karena pada dasarnya mahasiswa lebih menyukai hal-hal konkret seperti peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya adalah video presentasi kreatif yang dibuat oleh mahasiswa Program Studi Rekayasa Hayati. Muhammad Farhan Aidira bersama teman-temannya menyampaikan materi kuliah yang telah mereka pelajari dalam bentuk acara kontes memasak. Makanan yang dibuat pun adalah makanan sederhana yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia terutama di kalangan mahasiswa, yaitu telur ceplok atau telur mata sapi yang biasa dijadikan sebagai lauk pauk dan pendamping sajian mie instan atau nasi goreng. Melalui acara kontes memasak ini, setiap kontestan ditantang untuk membuat formulasi resep memasak telur ceplok yang proses dan ramuannya harus dapat dijelaskan secara saintifik.
Menurut Farhan, ide untuk membuat video presentasi kontes memasak telur ceplok ini pertama kali dicetuskan oleh salah satu teman anggota kelompoknya, yaitu Rizky Pradyantama. Diksi kata telur ceplok hampir mirip dengan konsep yang ingin mereka bawakan, yaitu ‘Deret Taylor’, namun mereka plesetkan namanya menjadi ‘Taylor Ceplok’. Selain itu mereka pun ingin membuat materi pembelajaran dengan objek yang relatif sederhana, murah, dan mudah didapat. Meskipun saat di awal sempat merasa bingung dalam mendekatkan matari kuliah persamaan diferensial untuk membuat masakan yang lezat, akhirnya mereka pun membawakan materi pembelajaran dengan konsep cocokologi atau menyimpulkannya pada beberapa hal yang dianggap mirip. Farhan pun menjelaskan, maksud dari cerita yang mereka bawakan adalah penambahan garam mencapai jumlah yang tepat itu seperti melakukan aproksimasi menggunakan deret taylor, dimana jika kita menggunakan orde yang tepat maka akan menghasilkan sesuatu yang juga akan tepat (rasa masakan yang enak). Membuat video dengan melibatkan beberapa orang yang tidak tergabung dalam satu lingkungan yang sama (jarak jauh) bukanlah suatu hal yang mudah, terutama saat mengambil video adegan memasak tanpa bantuan kameramen. Proses penyuntingan yang memerlukan waktu untuk berfikir panjang dalam menyatukan setiap adegan pun harus mereka bagi dengan mengerjakan tugas lainnya seperti laporan praktikum dan ujian tengah semester. Namun dengan adanya proses pembuatan ini membuat mereka lebih menikmati menerima proses pembelajaran, serta mudah menerima dan memahami materi, dan membuatnya menjadi lebih antusias mencari keterkaitan materi lainnya dengan peristiwa yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Selain itu, Farhan pun berharap kedepannya mahasiswa akan lebih kreatif lagi dalam menuangkan idenya untuk dapat menghasilkan cerita dan peristiwa yang lebih menarik untuk dapat dikaitkan dengan bidang ilmu yang dipelajari di Program Studi Rekayasa Hayati.
No Comments