Enter your keyword

Kolaborasi Seminar Daring Rekayasa Hayati dan KK ATB-ITB dengan Tema Valorisasi Minyak Atsiri

Kolaborasi Seminar Daring Rekayasa Hayati dan KK ATB-ITB dengan Tema Valorisasi Minyak Atsiri

Kolaborasi Seminar Daring Rekayasa Hayati dan KK ATB-ITB dengan Tema Valorisasi Minyak Atsiri

Program studi Rekayasa Hayati bekerja sama dengan kelompok keahlian Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk (KK-ATB) melaksanakan web seminar dengan mengundang Dian Adhy Feryanto, S.T. (Owner CV. Pavettia Kurnia Atsiri), Ir. Acep Sutiana (Direktur Operasional PT. Sinkona Indonesia Lestari), dan Sophie Anggita, S.T. (Direktur Operasional PT Bio Prosafa Karya) pada Sabtu, 25 Juli 2020 dengan topik Valorisasi dan Strategi Bisnis Inovatif Minyak Atsiri. Acara yang diadakan melalui video conference Zoom tersebut dipandu oleh Lina Oktaviani, S.T., M.Si. sebagai moderator yang merupakan salah satu alumni Prodi Rekayasa Hayati, serta dihadiri sebanyak 200 peserta yang berasal dari berbagai kalangan dan daerah. Acara dimulai dengan sambutan dari Ketua KK ATB, Dr. Agus Dana Permana, dan dilanjutkan dengan pemaparan isi materi seminar yang terbagi ke dalam dua sesi.

Pada sesi pertama, Dian Ardhy Feryanto,S.T. memaparkan materi mengenai kendala teknis dalam memulai usaha di bidang minyak atsiri. Menurut beliau, terdapat empat faktor yang menjadi kendala teknis dalam memulai usaha di bidang minyak atsiri, yaitu suplai dan kontinuitas penyediaan bahan baku, sistem produksi, serta pemasaran. Terdapat dua pilihan dalam memenuhi bahan baku untuk memproduksi minyak atsiri, yaitu pasokan yang diperoleh dari kebun yang dikelola oleh petani, atau bahan baku dibeli dari pihak lain. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika bahan baku diperoleh dari kebun, maka kualitas bahan baku dapat terkontrol, namun membutuhkan biaya investasi yang tinggi, sementara jika bahan baku dibeli dari pihak lain kualitas bahan baku tidak dapat terkontrol, namun dapat mengurangi resiko gagal panen serta biaya investasi yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi. Kualitas bahan baku perlu terkontrol supaya rendemen dan minyak yang dihasilkan tetap terjaga kualitasnya, sehingga dapat menetapkan harga jual tinggi dan meningkatkan profit yang diperoleh, namun tantangannya adalah bagiamana menetapkan kualitas bahan baku secara kuantitatif,  karena saat ini proses stadarisasi kualitas bahan baku masih mengandalkan feeling dan pengalaman sehingga rendemen yang dihasilkan rendah dan kualitas produk yang dihasilkan tidak sesuai standar pasar. Pada sisi produksi, salah kendala yang dihadapi adalah ketidaktahun dalam melakukan analisis standar kualitas minyak atsiri yang dihasilkan, dan kapasitas alat yang terlalu kecil  sehingga kurang ekonomis untuk menyuling minyak atsiri. Sementara pada aspek pemasaran, kendala yang dihadapi adalah masih belum diketahuinya karakeristik pasar dan keberadaan para pengumpul/eksportir, serta fluktuasi harga yang cepat. Dari berbagai aspek pada kendala tersebut diharapkan dapat menjadi peluang dan ide penelitian mahasiwa untuk dapat menetapkan metode standarisasi secara kuantitatif yang murah dam mudah diaplikasikan, namun tetap dapat mengambarkan kualitas secara kuantitatif.

Gambar 1. Pemaparan Materi oleh Dian Adhy Feryanto

Pada sesi kedua, materi disampaikan oleh Ir. Acep Sutiana dengan topik Bisnis Minyak Atsiri Skala Industri. Menurutnya, skala penggunaan minyak atsiri di dunia industri sangatlah luas mulai dari industri makanan dan minuman untuk menambah cita rasa, industri kecantikan sebagai pengharum, industri farmasi, serta industri kebutuhan rumah tangga. Keberlanjutan industri minyak atsiri sangat bergantung pada suplai bahan baku, teknologi pada proses produksi, dan kualitas yang memenuhi stadar konsumen. Namun kebutuhan yang tinggi belum diimbangi dengan tingginya tingkat produksi, karena kualitas bahan baku yang diperoleh beragam, proses penyulingan belum memenuhi standar GMP (Good Manufacturing Practice), permintaan spesfikasi produk dari pembeli sangat bervariatif, dan sedikitnya isolasi turunan dari minyak atsiri. Untuk memenuhi standar kualitas yang diharapkan pembeli, perlu dilakukan proses quality control  pada tiga aspek, yaitu organoleptik, chemical properties, dan physical properties, selain itu pelaku usaha juga perlu memahami karakteristik minyak atisiri sesuai geografi serta memformulasikannya menjadi produk yang konsisten dan dapat diterima costumer.

Gambar 2. Pemaparan Materi oleh Ir. Acep Sutiana

Pada sesi ketiga, materi disampaikan oleh Dr. Muhammad Yusuf Abduh yang menjelaskan materi Valorasi Minyak Atsiri. Mungkin bagi sebagian orang tidak familiar dengan kata valorisasi yang memiliki arti peningkatan kembali. Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi untuk produksi minyak atsiri seperti nilam, akar wangi, sereh wangi, kemiri, kayu manis, dan masih banyak lagi. Menurut beliau, untuk menigkatkan produksi minyak atsiri dapat menggunakan konsep Biorefinery yang meliputi optimasi penggunaan bahan baku, meminimalisasi limbah hasil produksi, memaksimalkan manfaat dan keuntungan, serta pembangunan berkelanjutan. Selain itu penting juga untuk melakukan penelitian dan banyak melakukan studi literatur dari berbagai sumber untuk mengotimalkan sumber daya yang kita miliki, sehingga pada sesi tersebut beliau juga menampilkan beberapa buku dan publikasi ilmiah yang sudah dihasilkan oleh beberapa mahasiswa Rekayasa Hayati terkait dengan produksi minyak atsiri.

Gambar 3. Pemaparan Materi oleh Dr. Muhammad Yusuf Abduh

Pada sesi keempat, pemaparan disampaikan oleh Juara 1 lomba poster  yang merupakan bagian dari rangkaian acara seminar daring Valorisasi Minyak Atsiri. Sebagai Juara 1, Rian Fiqraini memperoleh hadiah produk dari Bio-N Oils dan juga kesempatan mempresentasikan hasil penelitiannya secara daring di hadapan para peserta seminar. Rian Fiqraini yang dibimbing oleh Dr. Muhammad Yusuf Abduh dan Dr. Rijanti Rahayu Maulani melakukan penelitian mengenai peningkatan perolehan minyak atsiri dari daun spearmint (Mentha spicata) dengan perlakuan awal biodegradasi lignoselulosa oleh jamur Aspergillus awamori menggunakan metode soxhlet. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa dengan adanya perlakuan tersebut dapat meningkatkan perolehan minyak atsiri yang dihasilkan, namun masih perlu diteliti kembali berapa lama waktu yang paling efektif untuk melakukan proses fermentasi.

Gambar 4. Pemaparan Materi oleh Rian Fiqraini

Pada sesi kelima, materi disampaikan oleh Sophie Anggita, S.T. yang merupakan alumni Rekayasa Hayati. Beliau menjelaskan mengenai pengembangan produk dari minyak atsiri untuk natural lifestyle. Sesi ini dimulai dengan pengenalan PT Bio Proshafa Karya yang merupakan perusahaan start up yang diinisiasi dari hilirisasi hasil penelitian bioproduk di ITB. Selain itu para peserta juga diberikan demonstrasi tutorial bagaimana cara aplikasi penggunaan minyak atsiri untuk keperluan sehari-hari seperti membuat homemade toilet cleanser dan refreshing spray. Pada sesi terakhir, dilakukan proses diskusi dengan para peserta. Para peserta sangat antusias akan pemaparan yang diberikan oleh para pemateri, dan banyak sekali pertanyaan seputar bagaimana untuk memulai bisnis, memanfaatkan sumber daya di daerah sekitar tempat tinggal, hingga prospek untuk melakukan kerjasama antara produsen bahan baku, pelaku usaha, dan akademisi. Kemudian acara ini pun ditutup dengan acara ramah tamah antara peserta dan foto bersama.

Gambar 5. Tutorial Pembuatan Homemade Toilete Cleanser oleh Sophie Anggita, S.T.
Gambar 6. Sesi Foto Bersama Para Peserta

No Comments

Post a Comment

Your email address will not be published.

id_IDIndonesian
X